Medha.id. Destinasi wisata Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT) diminta untuk memperhatikan daya tampung atau “carrying capacity” kawasan saat mendatangkan wisatawan untuk menjaga kelestarian dalam konsep pariwisata berkelanjutan.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel saat Sosialisasi Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019 ke Kawasan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, NTT, Rabu (23/4/2019) menjelaskan dalam pengembangan sustainable tourism, salah satu yang harus diperhatikan adalah daya tampung dari suatu atraksi atau destinasi pariwisata.
“Dalam pariwisata, ‘carrying capacity’ didefinisikan sebagai jumlah maksimal pengunjung di suatu lokasi pariwisata tanpa memberikan dampak buruk untuk lingkungan, sosial budaya dari tempat yang dikunjungi yang juga berdampak pada rasa kepuasan pengunjung,” katanya.
Valerina yang melakukan kunjungan bersama dua orang Profesor dari Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengatakan, pembatasan kapasitas pengunjung bisa menjaga ekosistem kawasan.
“Contoh bila banyak diver yang menyelam di Manta point malah membuat ikan pari merasa terganggu. Bahkan bisa menyerang kita,” katanya.
Keindahan Labuan Bajo yang ditetapkan menjadi 10 destinasi prioritas pariwisata tak diragukan lagi karena telah dikenal di seluruh dunia.
Bahkan Labuan Bajo telah banyak menghipnotis tokoh dan selebriti internasional seperti artis Hollywood Gwyneth Paltrow, juara dunia MotoGP 2010 Jorge Lorenzo, bintang sepakbola Manchester United Chris Smalling, hingga pesepak bola dunia Marcos Llorente dan Arjen Robben pernah menginjakkan kaki di sana.
Soal atraksi wisata bahari, Labuan Bajo dinobatkan oleh CNN International Travel sebagai destinasi peringkat dua “snorkel site” terbaik dunia setelah Raja Ampat, mengalahkan Kepulauan Galapagos.