Ada juga Pameran Bilik Taiwan “Pan – Austro-Nesian” di Jogja National Museum sebagai program bersama dengan The National Culture and Art Foundation, Taiwan dan Kaohsiung Museum of Fine Art. Bilik Taiwan menyajikan karya-karya Rahic Talif, ChihChung Chang, dan C&G Art Group (Chieh-Sen Chiu & Margot Gullemot).
Baca juga:
Masyarakat Dieng Kulon Inginkan Mulai Uji Coba Pembukaan Destinasi
Kemudian, ada Pameran Bilik Korea – Konnect Asean di Museum dan Tanah Liat (MDTL) dan Indie Art House sebagai salah satu paviliun negara Korea-ASEAN. Dikuratori oleh Alia Swastika (Indonesia) dan Jongeun Lim (Korea Selatan). Pameran stan ini secara khusus berfokus pada hubungan antara gerakan, seni, dan pengetahuan/pengalaman perempuan.
Selanjutnya ada Program Labuhan, yang menghadirkan serangkaian program terhubung di empat kota yaitu Jayapura, Kupang, Maumere, Ambon, dan diproduksi bersama institusi atau kolektif seni di wilayah masing-masing. Membicarakan kebudayaan maritim dan narasi sosial budaya yang menghubungkan antara Indonesia bagian timur dengan wilayah Oseania.
Baca juga:
Gelaran Wayang Jogja Night Carnival Mengusung Konsep Hybrid
Biennale Jogja kali ini juga menggelar beberapa program publik yang menghadirkan narasumber kompeten di bidang seni rupa kontemporer dalam dan luar negeri. Beberapa program publik tersebut bertajuk Forum Diskusi Publik dan Sesi Viral yang dikemas secara online. Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi webstie resmi Biennale Jogja yaitu www.biennalejogja.org