Medha.id. Puluhan ribu wisatawan membanjiri acara puncak perayaan Semana Santa atau pekan suci di Kota Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Tidak kurang dari 20 ribu peziarah yang datang dari berbagai tempat datang menyaksikan ritual keagamaan yang telah berlangsung lebih dari lima abad itu.
Prosesi Semana Santa sendiri berasal dari kata semana (pekan) dan santa (suci), yang artinya pekan suci yang dimulai dari Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, hingga Perayaan Minggu Paskah bagi umat Katolik.
Kepala Bidang Pemasaran Area II Regional III di Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Hendry Noviardi di Larantuka, Jumat (19/4/2019) menjelaskan, Semana Santa diharapkan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi Larantuka dan memberikan dampak dari sisi nilai kreatif maupun nilai komersial.
“Dari sisi ‘commercial value’ kedatangan banyak peziarah atau wisatawan baik dalam atau luar negeri. Yang akan memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat,” katanya.
Prosesi Jumat Agung di Larantuka memang menjadi daya tarik tersendiri setiap tahun menjelang Paskah, baik bagi peziarah maupun wisatawan. Prosesi itu dimulai jalan salib bersama di gereja-gereja, lalu mengarak patung Yesus tersalib.
Patung itu sendiri dikeluarkan dari dalam Kapela Tuan Meninu di Kota Rewido, Kelurahan Sarotari Tengah dan diarak menuju Pelabuhan Kure di depan Kapela Tuan Ma (Kapela Patung Bunda Maria) dan Tuan Ana (Patung Tuhan Yesus).
Pada malam hari para peziarah berkumpul di depan gereja Katedral. Dari titik itulah prosesi Sesta Vera atau prosesi Jumat Agung dimulai dan terus ‘bergemuruh’ di sepanjang jalan yang mencapai 2 kilometer.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur, Apolonia Corebima menambahkan kekayaan potensi pariwisata di Flores Timur begitu beragam dan menarik untuk dipasarkan, seperti wisata religi, keindahan alam, dan budaya.
“Bila tradisi dan budaya dikelola dengan baik dan berkualitas, kunjungan wisatawan ke Flores Timur akan semakin marak. Untuk itu kita menggelar pre-event Semana Santa yaitu Festival Bale Nagi yang artinya pulang kampung, agar wisatawan semakin lama tinggal di Larantuka,” pungkasnya.