Medha.id. Dengan tekad untuk terus melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya seni tari nusantara, Komunitas Perempuan Menari (KPM) menggelar pentas bertajuk Genderang Swargabhumi. Dalam waktu kurang dari 1×24 jam, pergelaran virtual perdana yang diikuti oleh 50 wanita lintas generasi dan profesi ini sudah diakses oleh lebih dari 4000 penonton, baik di Indonesia maupun mancanegara, sejak ditayangkan pertama kali pada tanggal 20 Desember 2020 jam 20.00 WIB di kanal Youtube Komunitas Perempuan Menari.
Baca juga:
Menparekraf Siapkan Program Book Now Travel Later Dorong Pariwisata
Yuneri Chandra, ketua pelaksana Genderang Swargabhumi yang juga salah satu anggota KPM mengatakan,“ Dimasa pandemi ini banyak sekali sektor yang terdampak, salah satunya industri seni dan kreatif. Genderang Swargabhumi adalah wujud dukungan kami terhadap para pekerja seni, khususnya seni tari dan seni musik, untuk tetap berkarya meskipun banyak penyesuaian yang harus dilakukan, salah satunya dengan cara pentas yang disiarkan secara online dengan latihan pra pentas yang dilaksanakan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.”
“Pentas ini adalah pentas tahunan kami yang ke-tiga. Senang sekali karena sampai saat ini Komunitas Perempuan Menari masih terus aktif melestarikan budaya Indonesia. Anggota kami ini lintas generasi dan profesi. Mayoritas adalah para ibu usia 40-50 tahun, sebagian lainnya beragam dari belasan tahun hingga di atas 60 tahun. Jadi dari yang masih sekolah sampai yang sudah punya cucu ada. Ada ibu rumah tangga, karyawan swasta, PNS, juga wiraswasta. Semua semangatnya sama, semangat untuk melestarikan budaya nusantara, biar terus tetap ada sampai generasi selanjutnya”, jelas Pritha Nandini selaku pencetus Komunitas Perempuan menari.
Baca juga:
HARRIS Suites Puri Mansion Dinobatkan Sebagai Hotel Interior Design ASIA 2020
KPM mengangkat judul Genderang Swargabhumi, dimana tari-tariannya berasal dari beberapa perwakilan daerah Indonesia, juga khususnya mengangkat kolaborasi musik tradisi yang menyatu dalam sebuah kemasan pertunjukkan tari. Genderang Swargabhumi menampilkan 12 tarian (tradisi dan garapan) yang berasal dari berbagai daerah di tanah air, yaitu tari Lesung dari Betawi, tari Merak dari Jawa Barat, tari Tifa dari NTT, tari Saureka-reka dari Maluku, tari Dadas dari Kalimantan Tengah, tari Jejer dari Banyuwangi, tari Pa’gellu dari Tana Toraja, tari Indang dan Piring dari Sumatera Barat, tari Payung khas Melayu, serta dua tari kreasi yaitu tari Dayang dengan nuansa Jawa Tengah dan tari Rampak Genderang Swarga dimana para penarinya juga memainkan alat musik tabuh.
Baca juga:
AirAsia Dan PHRI Bangun Sinergi Bersama Di Tengah Pandemi
Supriadi Arsyad, sutradara dan pelatih dari pementasan Genderang Swargabhumi, mengaku telah menyiapkan pergelaran ini selama lebih dari tiga bulan untuk pemantapan koreografi. Ia juga mengajak beberapa komunitas musik dan seniman lainnya untuk berkolaborasi dalam pementasan ini, seperti Altajaru Ensemble, Aning Katamsi, Seni Budaya Khatulistiwa, dan beberapa seniman pendukung lainnya. “Pesan moral dari pementasan ini sederhana, masih ada harapan. Mungkin kita merasa resah dan takut dengan segala ketidakpastian yang kita alami di tahun ini, tapi semangat dan harapan harus tetap ada untuk kita tetap melangkah ke depan. Semoga karya yang sederhana ini dapat menjadi semangat untuk siapapun yang menyaksikannya”, ujar sang sutradara yang seringkali dikenal dengan panggilan B.U di kalangan seniman Indonesia. Pementasan Genderang Swargabhumi didukung oleh pemerintah maupun beberapa korporasi dan organisasi non-profit, yaitu: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Bakti BCA, BNI, Djarum Foundation, PT. Sysmex Indonesia, ABC President Indonesia, Mitra Seni Indonesia dan Kerukunan Keluarga Kawanua.