Medha.id. Menpar Arief Yahya menjelaskan, program super extra ordinary akan dijadikan sebagai senjata pamungkas dalam mewujudkan target akhir 20 juta wisman tahun depan. Super extra ordinary yang mencakup tiga program; border tourism, tourism hub, dan low cost terminal (LCT). Program ini sebagai strategi bauran dari tiga program yakni; ordinary, extra ordinary, dan super extra ordinary.
Program ordinary dijalankan di tahun-tahun sebelumnya yaitu sebagai business as usual berupa program promosi BAS (Branding, Advertising, Selling) dengan continuous improvement secara dinamis, sedangkan program extra ordinary yang diluncurkan tahun 2018 yaitu Incentive (Airlines), Hot Deals, dan Competing Destination Model. Sementara itu program super extra ordinary, kata Menpar Arief Yahya, sebagai program istimewa yang sengaja disimpan untuk menjadi senjata pamungkas dalam mewujudkan target akhir 20 juta wisman tahun depan.
Super extra ordinary mencakup tiga program yaitu: Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost Terminal . “Border tourism harus kita seriusi di tahun depan karena merupakan cara efektif untuk mendatangkan wisman dari negara-negara tetangga,” kata Arief Yahya seraya menjelaskan, pertama karena wisman dari negara tetangga memiliki kedekatan (proximity) secara geografis sehingga wisman lebih mudah, cepat, dan murah menjangkau destinasi kita. Kedua, mereka juga memiliki kedekatan kultural/emosional dengan kita sehingga lebih mudah didatangkan. Ketiga, potensi pasar Border Tourism ini masih sangat besar baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, PNG, maupun Timor Leste.
Untuk program tourism hub sebagai strategi ‘menjaring di kolam tetangga yang sudah banyak ikannya’. Maksudnya, wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura dan Kuala Lumpur ditarik untuk melanjutkan berlibur ke Indonesia. “Salah satu persoalan pelik pariwisata kita adalah minimnya direct flight dari originasi. Direct flight kita misalnya dari originasi China mencapai 50%, artinya 50% sisanya masih transit dari Singapura, Kuala Lumpur, atau Hong Kong. Sementara negara tetangga seperti Thailand atau Malaysia direct flight-nya sudah mencapai 80%. Mendatangkan direct flight dari originasi bukanlah hal gampang. Saya minta direct flight dari India ke Bali tiga tahun nggak dikasih. Akan jauh lebih mudah jika kita “menjaring” di hub-hub regional yang sudah banyak wisatawannya,” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya mengestimasikan jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura (selain orang Indonesia) selama 12 bulan terakhir hampir mencapai 12 juta pax (rinciannya: 32% dari ASEAN minus Indonesia; 22% dari China-Hong Kong; 17% dari Asia-Pasifik; 14% dari Asia Tengah, MEA, Afrika; dan sisanya dari Eropa dan Australia). Sementara wisman ke Indonesia yang transit di bandara Singapura jumlahnya tidak sampai 700 ribu. Artinya peluang untuk menggaet wisman yang jumlahnya sekitar 11 juta lebih itu masih terbuka luas.
Sementara itu untuk program low cost terminal diterapkan tahun depan. Selama ini kita salah memilih vehicle untuk konektivitas udara, dimana kita harus tumbuh tinggi tetapi lebih banyak menggunakan vehicle yang tumbuhnya rendah. Wisman yang datang ke Indonesia tahun 2017 lebih dari 55% menggunakan Full Service Carrier (FSC) dan sisanya menggunakan Low Cost Carrier (LCC). Namun, ternyata pertumbuhan FSC rata-rata hanya 12% jauh di bawah LCC yang tumbuh rata-rata 21% per tahun. “Maka, LCC adalah senjata ampuh untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisman, dimana maskapai berbiaya rendah ini menyumbang kontribusi peningkatan kunjungan wisman sebanyak 20%. Nah, untuk mendorong pertumbuhan LCC, Indonesia harus mempunyai Low Cost Terminal (LCT). Saya tegaskan bahwa LCT merupakan salah satu penentu utama keberhasilan target kunjungan 20 juta wisman pada tahun 2019,” kata Arief Yahya.
Menpar lanjut menjelaskan, saat ini bandara yang paling siap dikembangkan menjadi LCCT adalah Terminal 1 dan 2 Soekarno-Hatta. “Nantinya Terminal 1 diarahkan menjadi full LCCT penerbangan domestik, sedangkan Terminal 2 full LCCT untuk penerbangan domestik dan internasional. Di samping itu Bandara Banyuwangi juga sedang dikembangkan menjadi LCCT setelah melalui berbagai proses pembenahan.”
Acara JPAT 2018 dihadiri sekitar 500 tamu undangan dari kalangan stakeholder pariwisata yang mewakili unsur Pentahelix (Akademisi, Industri, Pemerintah, Komunitas, dan Media) dimeriahkan dengan berbagai acara di antaranya pameran (exhition) bertemakan ‘We Are The Champion’, display co-branding, display COE, dan live entertainment di Cozy Corner : Cafe Pesona.
Selain itu, JPAT 2018 juga diramaikan oleh pemberian penghargaan kepada para pemenang Win Way : Speed, Solid, Smart untuk kategori ASN dan Artefak; penghargaan Anugerah Mitra Co Branding baik untuk Resto Diaspora, Corporate, dan Endorser. Pada kesempatan itu juga diluncurkan Wonderful Start Up Academy (WSA), Photo Campaign 10 Destinasi Bali Baru “The Heart of Wonders” by Nurulita, Korpri Mart, Cafe Pesona dan ditutup dengan kemeriahan Launching Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia 2019.