Medha.id. Erupsi Gunung Agung di Bali yang terjadi pada Kamis (10/01) pukul 19.55 WITA tidak berdampak pada aktivitas wisata maupun operasional penerbangan di Pulau Bali serta pulau Lombok dan sekitarnya.
Berdasarkan data yang diterima Tim Tourism Crisis Center (TCC) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), saat ini status Gunung Agung Level III (siaga). Erupsi Gunung Agung tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi kurang lebih 4 menit 26 detik. Kolom abu tidak teramati dikarenakan kabut.
“Hingga saat ini, aktivitas penerbangan di Bali dan sekitar masih tetap normal. Tidak menyebabkan hingga bandara harus di tutup. Kegiatan wisata juga masih berjalan normal,” ujar Ketua Tim TCC Kemenpar, Guntur Sakti di Banten, Jumat (11/01).
Namun, Guntur yang juga Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar, meminta masyarakat mematuhi rekomendasi yang sudah diumumkan. Misalnya, mereka yang bermukim di sekitar Gunung Agung, para pendaki dan wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di zona radius 4 km dari puncak kawah.
Selain itu, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga perlu berjaga dan waspada. Lokasi atau kawasan berbahaya itu lokasinya jauh dari destinasi-destinasi di Bali, seperti Kuta, Sanur, Nusa Dua, Nusa Penida, Tanah Lot, Ulu Watu, dan sebagainya.
“Kegiatan wisata berjalan normal namun wisatawan dan warga tetap harus waspada dan menjauh dari radius batas erupsi” ujar Guntur.
Berdasarkan Periode Pengamatan Gunung Agung pada Jumat (11/1/2018) pukul 06:00-12:00 WITA, Gunung terlihat jelas hingga kabut 0-II. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 10 meter di atas puncak kawah. Kegempaan saat ini juga menurun berada di 2 Amplitudo maksimum mencapi 7 mm dan durasi kurang lebih 0-40 detik.