Kemudian desa wisata maju dan berkembang, yakni desa wisata yang sudah ada kunjungan wisatawan dari luar daerah maupun wisatawan mancanegara dan memiliki sarana prasarana dan fasilitas pariwisata yang sudah berkembang. Masyarakatnya pun sudah memiliki kesadaran akan wisata dan mampu mengelola usaha pariwisata melalui pokdarwis/kelompok kerja lokal.
Baca juga:
OPPO Reno5 Resmi Rilis, Berikut 5 Keunggulan Oppo Reno5
Kemudian mandiri, yakni desa wisata yang sudah mampu melakukan inovasi masyarakat dalam pengembangan potensi desa menjadi unit kewirausahaan mandiri. Desa wisata tersebut juga sudah dikenal mancanegara dan menerapkan konsep keberlanjutan yang diakui dunia.
“Dalam pendampingan dan pengembangannya dibutuhkan kerja sama program. Seperti Kemendes yang bisa mendorong infrastruktur, dan Kemenparekraf dalam hal pengembangan sumber daya manusia dan sarana prasarana. Membantu fasilitasi untuk masuk ke platform digital/marketplace sehingga mendorong mereka dalam memperbesar akses terhadap masyarakat dan potensi customer,” kata Angela.
Baca juga:
Kilas Balik Tren Belanja Online Selama 2020 di Tokopedia
Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Budi Arie Setiadi, menyambut baik sinergi yang akan diperkuat dengan Kemenparekraf/Baparekraf. Desa wisata menjadi salah satu program unggulan KemendesPDTT bersama dengan Desa Digital.
KemendesPDTT saat ini sedang melakukan penyusunan rencana kerja, dimana desa wisata menjadi hal yang utama untuk dikembangkan. Tidak hanya desa wisata di 5 destinasi super prioritas, namun juga di daerah-daerah lain. “Pembangunan pariwisata juga jangan hanya menjadikan warga desa atau masyarakat sebagai penonton, namun harus dapat melibatkan masyarakat. Sinergi dan kolaborasi sangat penting, karena kita percaya pariwisata akan menjadi leading sector yang bisa membawa Indonesia lebih gemilang dan maju. Pariwisata harus menghadirkan kemakmuran untuk warga desa,” kata Budi Arie Setiadi.