Pola perjalanan baru ini akan memberikan pengalaman yang baru kepada para wisatawan di sekitar Candi Borobudur. Wisatawan kelak dapat menikmati sekaligus menghargai perjalanan yang mereka lakukan di DSP Borobudur, serta meningkatkan kunjungan wisatawan yang berulang dan yang baru, juga memperpanjang length of stay, dan tingkat pengeluaran dari para wisatawan.
Baca juga:
Vaksinasi Syarat Utama Kesuksesan Gelaran Mandalika WSBK 2021
“Kami yakin, melalui Borobudur Trail of Civilization akan memberikan manfaat dan multiplier effect bagi para pelaku UMKM dan masyarakat lokal sekitar Candi Borobudur. Serta menghadirkan peluang bagi para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif setempat agar dapat bangkit di tengah pandemi dan turut membantu pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia,” kata Angela yang sepenuhnya telah kembali menjalankan aktivitasnya.
Borobudur Trail of Civilization (BToC) merupakan bentuk pengembangan produk wisata budaya yang membingkai inovasi pola perjalanan wisata sekaligus sebagai medium transfer pengetahuan. Pengembangan pola perjalanan tematik Borobudur Trail of Civilization menitik beratkan pada proses penceritaan narasi (storytelling) yang berasal dari interpretasi panel-panel relief Candi Borobudur dan mengaktualisasi aktivitas pendukungnya di desa-desa yang ada di sekitar kawasan Borobudur.
Baca juga:
Rasakan Pengalaman Menginap Seru di The Gaia Hotel Bandung
Sebagaimana diketahui, pada tahun 1991, UNESCO mengakui Kawasan Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia yang ada di Indonesia yang merekam jejak peradaban, peribadatan, sejarah, pengetahuan, dan nilai-nilai kebijaksanaan. Kawasan Candi Borobudur menyimpan limpahan nilai-nilai kebijaksanaan dan pengetahuan umum melalui beragam narasi berdasarkan deretan relief yang terpahat pada dinding-dinding Candi Borobudur.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), Kemenparekraf/Baparekraf Rizki Handayani, mengatakan, penyusunan skema BToC dilakukan untuk mendorong kreasi produk wisata budaya dan tata kelola kepariwisataan berkelanjutan dan inklusif. Yang artinya, pelestarian destinasi pariwisata super prioritas Kawasan Candi Borobudur ini tidak hanya terhenti pada kemegahan bangunan candi-nya saja, namun juga pada penguatan budaya baik untuk masyarakat dan pengunjung, pelestarian lingkungan di sekitarnya, serta sebagai upaya peningkatan ekonomi lokal.